Jumat, 13 Maret 2015

Sekejap



Aku Fanny anak ke-5 daru 6 orang bersaudara. Saat ini aku telah menjadi seorang mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di provinsiku, dengan Akreditasi A yang baru saja ia raih. Aku rasa aku orang yang beruntung dapat mengecap dan meneruskan bangku pendidikan di sini. Setiap kali masuk ke gerbang universitasku rasa bangga ini slalu menggebu-gebu ntah kenapa,rasanya aku berlebihan. Walau jurusan pilihan pertama dan keduaku tak lolos aku tetap bangga akan jurusan saat ini.  Jurusan Sastra indonesia  itulah pilihan ketigaku saat itu. Mungkin ini telah jalanku ,tuhan pasti memberikan yang terbaik untukku. Aku sangat sedih dan mulai drop saat ada yang meremehkan jurusanku. Ada saja  dari mereka yang hanya sekedar memujiku namun yang lebih menyakitkan itu saat seseorang bertanya tentang jurusanku, sejenak seketika kuberitahu mereka lansung terdiam. Aku tau mereka pasti menghina atau mengejek. Semangatku bangkit lagi ketika salah satu dosenku mengatakan “jangan hiraukan apapun ocehan orang-orang mengenai jurusanmu hari ini,belum tentu mereka dengan jurusan yang mereka anggap bergengsi itu akan menyukseskan mereka kelak. Maka rajin-rajinlah dari sekarang ,tonjolkan prestasimu karena kamu akan terlihat dan orang-orang di luar sana sedang mencarimu.
Masih sama seperti sma dulu dosen-dosen yang membimbingku ada yang lucu ada juga yang garang. Yang berkesan itu dosenku yang lucu, namanya bapak Izal, setiap kali menanyai mahasiswanya ,beliau kerap kali mengatakan kata”anda luar biasa”.
***
 Sang raja siang telah menyongsong dengan iringan musik alami, hahaha kokokan ayam jantan maksudku. Yang tega membangunkan tidur lelapku sedari malam. Aku masih me ngantuk tapi aku tak boleh malas-malasan lagi. Tak seperti  tiga bulan yang lalu ketika aku masih dibangunkan ibu. Aku tau pasti ibu telah bosan  membangunkanku setiap pagi. Hal indah bersama ibu slalu saja melintasi pikiranku. Ibu aku rindu dirimu,aku ingin mendekap sembari menangis di pangkuanmu. Rasa penyesalan memang datangnya akhir. Tapi kini aku akan berusaha mengabdi pada kedua pasangan cinta yang telah menghadirkan ku ke dunia yang fana ini.
Lansung aku ke kamar kecil hendak mandi di udara yang dingin ini. Selepas mandi aku berangkat ke sebuah masjid di dekat kampusku, karena kami sebagai warga asrama wajib shalat berjamaah setiap  subuhnya.Aku punya teman sekamar di asrama ,namanya Wefi. Ia orangnya baik namun hal yang tidak aku suka darinya ia itu orangnya tidak pernah merasa bersalah sedikitpun tampang orang tak berdosa saja. Aku kesal ,jelas-jelas ia yang salah nggak mau minta maaf lagi. Hu sakitnya tu di sini (nunjuk hati). Aku coba untuk sabar, namun kali ini ia tetap saja begitu ,tak mau minta maaf malah ia pula yang ngambek, trus  pakai acara nyindirdi segala  media sosial.
Selanjutnya Diar,orangnya kalem,alim, perhatian. Kadang-kadang saat aku butuh ia ada tapi ntah mengapa ketika itu aku ajak ia pergi ia tidak mau. Sama kejadiannya dengan Wefi ia lansung pasang tampang tak berdosa. Ia tak pernah merasa akankah aku terganggu dengan suara pekikan piano yang baru saja ia download., aku ak suka kebisisngan kawan! Kalu sudah begini biasanya sebelum mataku terlelap aku sering meneteskan air mata teringat akan aku yang tak pernah dianggap, tak pernah dihargai. Aku benci kalian berdua. Akupun telah lelah  bersabar. Sebenarnya aku tak suka perkelahian ,kalau sudah bertengkar sukanya tu diam-diaman. Kan nggak seru. Biasanya malam=malam sebelum belajar kami sempat makan bareng,ngerumpi bareng, trus ketawa bareng. Namun, karena sering bertengkar, keadaan telah berubah. Kadang-kadang aku ingin dan aku rindu akan kenangan yang baru saja aku ukir bersama mereka. Aku kenal merekapun juga  masih dapat dikatakan cukup baru, yaitu sudah memasuki tiga bulan.
Kami punya kosakata tersendiri mulai dari kata “kantoek” ,ceks sound huuuuuuu brrrrrrrrrrrrrrr,sampai kata-kata aku mencuntohkan mc yang agak kedengaran asing dengan logat keras.”rektoor universitas beserta …..bla blabala bla bla….tuhan aku sangat rindu, aku tak menginginkan kesepian ini aku hanya ingin kita tetap slalu bersama, “aku hargai kamu, tapi aku juga ingin kamu harga aku.
Kenapa ya aku slalu berada di sekiar orang-orang yang egois, aku muak akan keadaan yang sangat meyiksa ini. Saat aku butuh kamu malah menghilang sobat. Kenapa kau setega itu padaku. Aku rasa tak ada kata-kataku yang terlanjurku sampaikan yang itu meyakitimu, jikalau itu ada aku minta maaf.
***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar